Senin, 03 Januari 2011

Menebar Salam.

Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.” (HR Bukhary)

Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Kamu sekalian tidak
akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman
sebelum saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang
apabila kamu kerjakan niscaya kamu sekalian akan saling mencintai?
Yaitu sebarkanlah salam diantaramu sekalian." (HR. Muslim)

Nasehat Para Sahabat Radhiallahu 'Anhu

Ali bin Abi Thalib berkata:
"Janganlah melelahkan hatimu, carilah kata-kata hikmah, karena hati itu akan merasa bosan sebagaimana badan merasa bosan.
Jiwa itu selalu mementingkan hawa nafsu, menyukai sesuatu yang hina, condong kepada yang sia-sia, selalu menyuruh kepada keburukan, suka bermalas-malasan, mencari kesenangan, dan lari dari beramal. Jika engkau paksa jiwamu, berarti engkau telah menegakkannya, dan jika engkau melalaikan jiwamu, maka engkau telah merusaknya". (AL 'Aqdul Fariid 6/393). 

Dikatakan kepada Ali bin Abi Thalib:
"Sifatkan dunia kepada kami".
Beliau berkata:
"Apa yang akan aku sifatkan dari negeri yang awalnya kelelahan dan
akhirnya fana (kehancuran),
halalnya adalah hisab dan
haramnya adalah adzab,
orang yang merasa cukup dengannya akan terfitnah, dan
orang yang mengejarnya akan sedih".
(Jami' bayanil 'Ilmi wa Fadllihi 1/176).

Minggu, 02 Januari 2011

SALMAN AL-FARIS R.A

Kelahiran dan pertumbuhannya:
Salman Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan Rasulullah saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saw. untuk menyatakan keislamannya. Dalam suatu kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak lahir, saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya semakin hari semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan. Saya termasuk orang yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam sepanjang hari dan sepanjang malam.

Bertobat dengan Hati

Pada suatu hari Rasulullah mendapat berita yang mengagetkan tentang salah seorang sahabatnya. "Ia sedang mengalami sakaratul maut. Sudah kami talkin agar menyebut nama Allah, tetapi lidahnya bagai terkunci," demikian tutur si pembawa kabar. 

Rasulullah bergegas menuju ke rumah sahabatnya itu. Sebab, ia seorang mukmin yang beriman, pejuang yang ikhlas, dan dermawan yang tekun beribadah. Ia harus diselamatkan.

"Sahabatku, katakanlah la ilaha illallah," ujar Nabi. Tetapi, orang itu hanya membisu saja.
Katakanlah illallah," desak Nabi. Masih juga orang itu memandang kosong.
"Katakanlah Allah," Nabi berbisik kembali. Orang itu tetap bengong. Lalu, menghembuskan napas penghabisan. 

Para sahabat menjerit kecil. Mereka sangat sedih menyaksikan rekan setia itu mengakhiri hidup di dunianya tanpa mampu melafalkan kalimat tauhid. Namun, anehnya Nabi malah tersenyum ceria dan wajahnya bersinar cerah. Tentu saja para sahabat keheranan. Di antara mereka, ada yang tidak tahan untuk segera melontarkan pertanyaan.

"Wahai kekasih Allah, alangkah menyakitkan sikapmu. Kami semua cemas memikirkan nasib malang yang menimpa rekan kami itu di akhirat kelak, mengapa engkau justru kelihatan gembira?" 

Nabi, masih bersinar-sinar menjawab. "Tidakkah kalian lihat menjelang ajalnya, ia menatap ke atas sekilas? Ia menghadap Allah dengan isyarat mata. Ia tidak mampu bertobat dengan lidahnya. Tetapi, ia memohon ampun dengan hatinya. Aku senang sekali, karena Allah berfirman kepadaku bahwa kedatangannya diterima dalam rida-Nya."


raden said

Kebaikan Ali bin Abi Thalib ra mendahulukan Ummar bin Khattab ra.

Pada suatu hari Umar bin Khattab pergi mengadukan Ali bin Abi Thalib kepada rasulullah saw. Katanya ,"Ya Rasulullah, Ali tidak pernah memulai mengucapkan salam kepadaku..."

Mendengar pengaduan itu Rasulullah segera memanggil Ali Ra untuk datang. lalu Rasulullah bertanya kepadanya,"Ali, benarkah engkau tidak pernah memberikan salam terlebih dahulu kepada Umar?"

Ali bin Abi Thalib ra menjawab,"Ya rasulullah. Hal ini aku lakukan juga krena ucapan rasulullah yang mengatakan: "Siapa yang mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan mendirikan istana baginya di surya". Karena itulah rasulullah, aku selalu ingin Umar mendahuluiku mengucapkan salam supaya ia bisa mendapatkan istana di surga!"


raden said

SI Fakir dan SI Kaya

Pada suatu hari Rasulullah saw duduk-duduk bersama seorang fakir miskin, lalu datang orang kaya menemuinya. Kebetulan dia tidak mendapat tempat lain, kecuali tempat di sebelah fakir miskin yang masih kosong. Namun kemudian dia menarik-narik ujung-ujung kainnya agar jangan sampai menyentuh pakainan dan badan si fakir miskin. Melihat tingkah laku yang demikian, rasulullah bertanya,"Kenapa kamu menarik-narik ujung-ujung kainmu? Apakah kamu khawatir kekayaanmu sampai menyentuh si fakir ini?"

Orang kaya itu benar-benar terpukul dengan teguran rasulullah, lalu katanya dengan nada menyesal,'Ya rasullah, sebagau kifarat atas dosa-dosaku, aku akan memberikan setengah dari hartaku kepada orang fakir ini."

Rasulullah bertanya kepada si fakir,"Ya abdallah, maukah kau menerima hibahnya?"

Namun s fakir menjawab," tidak ya Rasulullah."

Rasulullah bertanya dengan nada heran," Mengapa?"

Dia menjawab," Aku tidak ingin kaya ya Rasulullah. Aku takut menjadi sombong kepada makhluk Allah seperti yang tadi dilakukan orang ini."



raden said