Jumat, 18 Maret 2011

Pesan untuk ku dan untuk mu.


  1. Ingatlah, Tuhan mu akan memberi ampun bagi orang yang memohon ampun, akan menerima tobat bagi orang yang bertobat, dan menerima orang yang kembali kejalan-Nya.
  2. Kasihanilah orang-orang yang lemah, niscaya kamu akan bahagia. Berilah orang-orang yang membutuhkan pertolongan, niscaya kamu akan merasa puas, redamlah emosi anda, niscaya anda akan selamat.
  3. Bersikaplah optimis, maka Allah akan bersama mu, para Malaikat akan memohonkan ampun buat mu, dan surga siap menanti kedatangan mu.
  4. Hapuslah air mata mu dengan sikap berbaik sangka kepada Allah, Tuhan mu. Usirlah semua kesusahan dan kesedihan mu dengan mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan Allah kepada mu.
  5. Jangan kamu mengira bahwa dunia diciptakan untuk melayani seseorang secara lengkap, karna pada hakikatnya tiada seorangpun di bumi ini yang akan mendapatkan semua yang di inginkannyadan terbebas dari segala macam kekeruhan.
  6. Jadilkanlah diri mu seperti pohon kurma yang menjulang tinggi dengan cita-citanya dan jauh dari gangguan yang membahayakan, jika kamu melemparinya dengan batu, ia akan membalasnya dengan buahnya yang masak.
  7. Pernahkah kamu mendengar bahwa kesedihan itu bisa mengembalikan apa yang sudah lewat dan kesusahan dapat memperbaiki kesalahan ? Kalau begitu, tidak ada gunanya kamu bersedih dan bersusah hati.
  8. Jangan kamu menunggu datangnya bencana dan fitnah, tetapi tunggulah datangnya keamanan, kedamaian dan kesehatan, Insya Allah.
  9. Padamkanlah api kedengkian yang membakar dada mu dengan memberikan pemaafan yang menyeluruh terhadap setiap orang yang pernah berbuat jahat terhadap dirimu.
  10. Mandi, wudhu, memakai wewangian, membersihkan gigi, dan merapikan diri, merupakan obat yang mujarab untuk menyembuhkan semua kekeruhan dan kesempitan.
  11. Jadilah kamu seperti lebah yang hinggap diatas bebungaan yang harum dan ranting-ranting yang segar.
  12. Jangan memberi kesempatan pada diri anda untuk menyelidiki kelemahan orang lain dan mencari-cari kesalahan mereka.
  13. Jika Allah selalu beserta mu, mengapa kamu merasa takut selain kepada-Nya ? apabila Allah menguji mu, siapa lagi yang dapat anda harapkan selain dari pertolongan-Nya ?
  14. Api kedengkian itu akan membakar tubuh pelakunya sendiri dan cemburu itu bagaikan api yang berkobar kemana-mana.
  15. Jika kamu tidak mempersiapkan diri sejak hari ini, maka esok hari bukan menjadi milik mu.
  16. Beranjaklah dengan damai dari tempat-tempat pertemuan dan perdebatan yang mengandung hal-hal yang tiada gunanya.
  17. Jadilah diri mu lebih cantik/tampan dan lebih indah dari pada kebun yang berbunga berkat akhlaq dan pekerti mu.
  18. Berikanlah kebajikan, niscaya anda akan menjadi manusia yang paling bahagia.
  19. Serahkanlah urusan makhluk kepada Khaliqnya, orang dengki kepada kematian, dan musuh kepada kelupaan.
  20. Nikmat yang diharamkan sesudahnya akan diiringi dengan penyesalan, kekecewaan dan siksaan.


sumber : buku " Jadilah wanita yang paling bahagia" dengan penambahan dan pengurangan seperlunya.... :D
raden said

Sabtu, 12 Maret 2011

Untukmu Hai Mukminah...

Selamat untuk anda, karena anda wanita yang sholat, puasa, taat, lagi patuh.
Selamat untuk anda, karena anda wanita yang berhijab, pemalu, anggun lagi berkepribadian kokoh.
Selamat untuk anda, karena anda wanita yang berpendidikan, gemar membaca, sadar, lagi mempunyai petunjuk yang benar.
Selamat untuk anda, karena anda seorang wanita yang setia, terpercaya, jujur, dan suka berberma.
Selamat untuk anda, karena anda wanita yang penyabar, selalu berharap akan pahala Allah, bertaubat, dam senantiasa kembali kejalan-Nya.
Selamat untuk anda, karena anda seorang wanita yang banyak berdzikir, bersyukur, berdoa, dan penuh kesadaran.
Selamat untuk anda, karena anda wanita yang mengikuti jejak Asiah, Maryam, dan Khadijah.
Selamat untuk anda, karena anda adalah wanita yang mendidik calon-calon pahlawan dan mencetak calon-calon tokoh yang terkemuka.
Selamat untuk anda, karena anda adalah wanita yang memelihara norma-norma etika lagi memelihara idealism yang tinggi.
Selamat untuk anda, karena anda adalah wanita yang membela hal-hal yang disucikan dan jauh dari hal-hal yang diharamkan.

Jumat, 11 Maret 2011

Keutamaan Menyan tuni anak Yatim


Segala puji bagi Alloh Ta’ala Yang Meng aruniakan rezeki tanpa batas, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pem beri. Sholawat dan salam semoga dilim pahkan kepada Nabi Muham mad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, kerabat, sahabat, dan pengikut nya yang setia hingga hari kiamat

Amma ba’du.
Saudaraku!
Siapakah yang meng inginkan per pisahan?, namun itulah kenyataan
Siapakah yang meng inginkan kematian?, tapi ia adalah kepastian
Siapakah yang meng inginkan belas kasihan? , itulah keniscayaan
Siapakah yang meng inkan pen deritaan? , namun demikianlah kehidupan
Aku ingin bahagia ?
Aku ingin masuk surga?
Aku men cinta dan dicinta
Jika demikian, inilah jawabannya

Sesung guh nya, anak yatim adalah manusia yang paling mem butuhkan per tolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayah nya pada saat ia sangat mem butuh kan nya. Ia mem­butuhkan per tolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mung kin men dapatkan kasih sayang ayah nya yang telah tiada.
Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyan tuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah:

1. seorang yang ber budi dan ber akh lak mulia.
Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, maka Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam ber sabda kepadanya :
ياَ سَائِبُ انْظُرْ أَخْلاَقَكَ الَّتِيْ كُنْتَ تَصْنَعُهَا فِيْ الجْاَهِلِيَّةِ فَاجْعَلْهَا فِيْ اْلإِسْلاَمِ. أَقْرِ الضَّيْفَ و أَكْرِمِ الْيَتِيْمَ وَ أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ
“Wahai Saib, per hatikanlah akh lak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, lak­sanakan pula ia dalam masa keis laman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan ber buat baiklah kepada tetangga.” [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836]
Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Daud ‘alaihis salam, yang berkata :
كُنْ لِلْيََتِيْمِ كَاْلأَبِ الرَّحِيْمِ
“Ber sikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang.” [HR. Bukhori]

Mutiara Hikmah Dari Kalam Imam Ali AS (KW)

Ø  Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya

Ø  Memulai pekerjaan adalah sunnah, sedangkan memeliharanya adalah wajib
Ø  Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka ajaklah dia bertukar pikiran dengan mu. Sebab, dengan bertukar pikiran itu, engkau akan mengetahui kadar keadilan dan ketidakadilannya, kebaikan dan keburukannya
Ø  Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan. Sebab, akal bertemu dengan akal
Ø  Sebaik-baik kehidupan adalah yang tidak menguasaimu dan tidak pula mengalihkan perhatiaanmu (dari mengingat Allah SWT)
Ø  Tanyailah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap
Ø  Kecemburuan seorang wanita adalah kekufuran, sedangkan kecemburuan seorang laki-laki adalah keimanan.
Ø  Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi dibawah lidahnya
Ø  Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliaannya. Sebab, jika hati itu dipaksakan, ia akan buta
Ø  Tidak ada kenikmatan di dunia ini yang lebih besar dari pada panjang umur dan badan yang sehat
Ø  Sesungguhnya wanita (sanggup) menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun, namun tidak (sangup) menyembunyikan kebenciaan walau hanya sesaat.

Shalat sunat rawatib adalah shalat yang mengiringi shalat fardhu lima waktu dalam sehari bisa dikerjakan sebelum dan sesudahnya. Tata cara pelaksanaan shalat sunat rawatib dapat dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjama’ah, mengambil tempat shalat yang berbeda dengan tempat melakukan shalat fardhu, dilakukan dua rakaat dengan satu salam, dan tidak diawali dengan azan maupun qomat. Shalat sunat rawatib bisa berfungsi untuk menambah dan menyempurnakan kekurangan dari shalat fardhu. 

Adapun jumlah rakaat dan waktunya berdasarkan tinjauan lima mazhab sebagai berikut:
1.    Mazhab Syafi’iyyah
      1.1.    Dua rakaat sebelum Subuh.
      1.2.    Dua rakaat sebelum Dzuhur.
      1.3.    Dua rakaat sesudah Dzuhur.
      1.4.    Dua rakaat sesudah Magrib.
      1.5.    Dua rakaat sesudah Isya’.
      1.6.    Satu rakaat witir.

2.    Mazhab Malikiyah
      2.1.    Tidak ada batas baik sebelum atau sesudah shalat fardhu.
      2.2.    Yang utama yaitu:
                2.2.1.    Empat rakaat sebelum Dzuhur.
                2.2.2.    Enam rakaat sesudah Maghrib.

3.    Mazhab Hambaliyah
       3.1.    Dua rakaat sebelum Subuh.
       3.2.    Dua rakaat sebelum Dzuhur.
       3.3.    Dua rakaat sesudah Dzuhur.
       3.4.    Dua rakaat sesudah Maghrib.
       3.5.    Dua rakaat sesudah Isya’.

4.    Mazhab Hanafiyah
       Mazhab Hanafiyah membagi shalat sunnat  menjadi sbb:
       4.1.    Shalat Sunnat Masnunah adalah shalat sunnat yang banyak
                 dikerjakan oleh Nabi dan Khulafa al-Rasyidin yang terdiri dari:
                4.1.1.    Dua rakaat sebelum Subuh.
                4.1.2.    Empat rakaat sebelum Dzuhur.
                4.1.3.    Dua rakaat sesudah Dzuhur kecuali waktu Jum’at.
                4.1.4.    Dua rakaat sesudah Maghrib.
                4.1.5.     Dua rakaat sesudah Isya’.
      4.2.    Shalat Sunnat Mandubah adalah shalat sunnat yang
                diperintahkan oleh Nabi namun jarang dikerjakan oleh Nabi
                yang terdiri dari:





sumber : http://rumahsantri.multiply.com/
posted by raden said

Kunci Ikhlas


Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah ta’alla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat diharapkan sebagai tabungan di akherat ternyata ‘kopong’ alias sia-sia dan tak tertulis sabagai amalan?
Bagaimana mungkin amalan akan diterima tatkala kita tidak mengetahui cara agar amalan bisa diterima dan mendapat ridho dari Allah? Apalagi jika barometer kesuksesan dalam beramal tatkala mendapat pujian belaka. Tak dapat diragukan lagi walaupun lisan ini mengatakan ‘Aku ikhlas’ namun ikhlas tak semudah hanya ucapan saja dan malahan perlu dicek lagi arti keikhlasannya. Baiklah marilah kita berusaha mengetahui kaidah-kaidah dalam beramal agar amalan kita tidak sia-sia. Dan ingatlah tak ada satu detik waktupun menjadi sia-sia dan berakhir penyesalan jika segera diikuti dengan taubat dan membenahi cara beramal dengan benar.
Amalan tidak lepas dari 2 hal yaitu ikhlas dan ittiba’.
  1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya,“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun’alaihi)
  2. Yang kedua adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ittiba’ ini laksana jiwa bagi amalan. Allah ta’ala berfirman,“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran:31)
Kedua syarat tersebut jangan sampai tercecer, karena jika salah satu syarat hilang maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah, di antara dalil yang memperkuat pernyataan tersebut,
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (Qs. AL Kahfi: 110)

Kamis, 10 Maret 2011

Pemuda Langka

Alkisah, ada seorang pemuda yang bekerja sebagai penggembala domba. Jumlah domba yang dia gembalai berjumlah ratusan ekor. Bertahun-tahun dia bekerja tanpa pernah mengeluh meski hasil jerih payahnya tak seberapa.

Suatu ketika, datang seorang musafir yang sangat kehausan setelah menempuh perjalanan jauh. Melihat ada pengembala domba tersebut, gembiralah hati musafir itu. Sang musafir meminta minum kepada si pemuda penggembala tersebut. Namun, pemuda itu menjawab bahwa dirinya tak punya air minum untuk diberikan kepada si musafir.

Musafir tersebut kemudian memohon memelas agar diizinkan mengambil air susu dari seekor domba yang digembalakan si pemuda itu. Pemuda tersebut menolak dengan halus. "Ayolah, saudaraku. Tolonglah aku. Aku sangat haus. Izinkan aku untuk memerah dombamu sekadar beberapa teguk untuk menghilangkan dahagaku," ujar sang musafir. Pemuda itu menjawab, "Domba-domba ini bukan
 kepunyaanku, aku tak berani mengizinkan engkau sebelum majikanku mengizinkannya."

Pemuda mengatakan, "Kalau kau mau, tunggulah di sini sebentar. Kucarikan telaga dan kuambilkan air untukmu, saudaraku." Kemudian, pergilah pemuda tersebut mencarikan air untuk sang musafir. Setelah dapat, diberikannya air itu kepada si musafir. "Alhamdulillah, segar sekali rasanya," kata sang musafir. "Terima kasih wahai anak muda," lanjut musafir itu.

Kemudian, mereka sejenak beristirahat sambil berbagi kisah. Siang semakin terik. "Mengapa kau tadi tidak ikut minum," tanya musafir kepada pemuda tadi. "Maaf, saya sedang berpuasa," jawab si pemuda. Musafir itu tercengang mendengar pengakuan pemuda tersebut. "Matahari semakin tinggi, sedangkan engkau berpuasa?" tanya musafir itu penuh tanya. Pemuda itu menjawab, "Aku berharap kelak mudah-mudahan Allah menaungi diriku pada saat hari kiamat nanti. Karena itu, aku berpuasa."

Rasa kagum dan penasaran membuat si musafir ingin mengetes keimanan sang pemuda penggembala tersebut. Lalu, musafir itu berkata, "Hai anak muda, bolehkah aku membeli seekor saja dombamu. Aku lapar, tolonglah aku."

"Maaf tuan, aku tidak berani sebelum mendapat izin dari majikanku," kata pemuda itu.

"Ayolah anak muda. Domba yang kau gembalakan sangat banyak. Tentulah tuanmu tidak akan mengetahui meski kau jual seekor saja. Perutku sangat lapar, tolonglah aku," rayu musafir tersebut.

"Aku sungguh ingin menolongmu. Kalau saja aku memiliki makanan, tentu akan kuberikan untukmu, tuan. Tapi, tolong jangan paksa aku untuk melakukan hal yang tak mungkin aku lakukan tuan," ucap pemuda tersebut.

"Tidak akan ada yang tahu hai anak muda. Kuberikan seribu dirham untukmu untuk seekor domba saja. Ayolah. Tidakkah kau kasihan kepadaku?" kata musafir itu yakin bahwa pemuda tersebut akan goyah dengan suap seribu dirham.

Musafir itu terus memaksa si pemuda untuk menjual seekor dombanya. Bahkan, musafir itu tambah gusar dan marah.

Akhirnya, pemuda itu berkata, "Majikanku bisa saja tidak tahu jikalau aku menjual seekor dombanya. Sebab, jumlahnya sangat banyak. Dan mungkin saja, majikanku tidak akan menanyakan domba-dombanya. Dia tidak akan rugi meski aku menjual seekor di antara domba kepunyaanya. Tapi, kalau aku berbuat begitu, lalu di mana Allah? Di mana Allah? Di mana Allah? Sungguh, aku tak mau di dalam dagingku tumbuh duri neraka karena uang yang tidak halal bagiku."

Pemuda itu menangis karena takut tergoda berbuat sesuatu yang dimurkai Allah. Dia menangis karena kecintaanya kepada Allah.

Musafir tersebut tertegun. "Allahu akbar!!" musafir itu ikut menangis.

"Katakan padaku wahai anak muda, di mana majikanmu tinggal. Aku ingin membeli seekor dombanya," kata musafir tersebut.

Setelah mendapat jawaban tentang tempat tinggal majikan pemuda tadi, musafir itu memberikan uang seribu dirham tadi kepada si pemuda. "Terimalah uang ini untukmu, anakku. Ini uang halal. Kau pantas mendapatkan lebih daripada ini. Hatimu begitu mulia." Sang musafir yang tak lain adalah Khalifah Umar bin Khattab bergegas menuju ke rumah majikan sang pemuda tadi. Lalu, ditebuslah pemuda itu dengan memerdekakannya dari status hamba sahaya.

Dalam lanjutan perjalanannya, Umar masih takjub dengan kisah yang baru dia alami.

Di mana Allah? Inilah kalimat yang menggetarkan hati Umar. Rasa takut kepada Allah tidak menggoyahkan iman seorang pemuda tadi meski dirayu dengan materi. Duniawi tidak mampu menyilaukan hati pemuda itu karena keteguhan iman yang hakiki.

http://kitabercerita.blogspot.com/2008/03/pemuda-langka.html

posted by raden said

Rabu, 09 Maret 2011

Hudzaifah Ibnul Yaman


Penduduk kota Madinah berduyun-duyun keluar untuk menyambut kedatangan wali negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul Mu’minin Umar radhiyallah ‘anhu.
Mereka pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu untuk bertemu muka dengan shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai keshalihan dan ketaqwaannya. Begitu pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Irak.

Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. Ia mengendarai seekor keledai yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya teruntai ke bawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah
Demi ia berada di tengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa orang itu tidak lain adalah Hudzaifah ibnul Yaman, maka mereka jadi bingung dan hampir-hampir tak percaya Tetapi apa yang akan diherankan? Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar radhiyallah ‘anhu, Hal itu dapat difahami, karena baik di masa keraiaan Persi yang terkenal itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya corak pemimpin semulia ini.

Menuai Tanaman Dunia

Seorang yang dikenal amat kikir, suatu hari sedang duduk di pintu kedainya sambil menikmati
secangkir kopi. Seorang gila menghampirinya dan meminta sedikit wang untuk membeli yoghurt.
Pedagang kikir itu berusaha mengacuhkannya tetapi si gila tetap tak mau pergi dan malah membuat
keramaian.
Orang-orang yang lewat dan melihat hal itu lalu menawarinya wang. Tapi si gila bersikeras bahwa ia
hanya menginginkan wang dari si kikir. Akhirnya, si kikir memberinya sedikit wang receh untuk
membeli yoghurt. Si gila kemudian meminta tambahan wang untuk membeli roti yang akan
dimakannya bersama yoghurt itu. Pedagang kikir itu tentu saja sudah tak boleh membiarkan hal ini, dan
ia tegas-tegas menolaknya.

Kisah Raja dan Budak Hitam

Raja Harun Al-Rasyid, seorang dari keturunan Bani Abbasiyah, memiliki seorang budak perempuan
yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata.
Pada suatu hari, Raja menaburkan wang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan
berlomba untuk mendapatkan wang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa
itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda.
Raja merasa amat kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu
memperebutkan wang.
Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan wang
taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan
wang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik wang taburan itu.
Mendengar jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia
jadikan budak itu sebagai permaisurinya.

ASAL-USUL KUMANDANG ADZAN

(Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari)

Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya
semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk
menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat
dmusnahkan.
Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada
dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.
Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa
berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi
mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan
yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian
pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya.
Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa
dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat
yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

TIDUR DAN KEMATIAN

Namaku Arthur Alison, seorang profesor yang menjabat Kepala Jurusan Teknik Elektro
Universitas London. Sebagai orang eksak, bagiku semua hal bisa dikatakan benar jika masuk
akal dan sesuai rasio. Karena itulah, pada awalnya agama bagiku tak lebih dari objek studi.
Sampai akhirnya aku menemukan bahwa Al Quran, mampu menjangkau pemikiran manusia.
Bahkan lebih dari itu. Maka aku pun memeluk Islam.
Itu bermula saat aku diminta tampil untuk berbicara tentang metode kedokteran spiritual.
Undangan itu sampai kepadaku karena selama beberapa tahun, aku mengetuai Kelompok
Studi Spiritual dan Psikologis Inggris. Saat itu, aku sebenarnya telah mengenal Islam melalui
sejumlah studi tentang agama-agama.
Pada September 1985 itulah, aku diundang untuk mengikuti Konferensi Islam Internasional
tentang 'Keaslian Metode Pengobatan dalam Al Quran'di Kairo. Pada acara itu, aku
mempresentasikan makalah tentang 'Terapi dengan Metode Spiritual dan Psikologis dalam Al
Quran'.

AL-BALKHI DAN SI BURUNG PINCANG

Alkisah, hiduplah pada zaman dahulu seorang yang terkenal dengan kesalehannya, bernama al-
Balkhi. Ia mempunyai sahabat karib yang bernama Ibrahim bin Adham yang terkenal sangat
zuhud. Orang sering memanggil Ibrahim bin Adham dengan panggilan Abu Ishak.
Pada suatu hari, al-Balkhi berangkat ke negeri orang untuk berdagang. Sebelum berangkat,
tidak ketinggalan ia berpamitan kepada sahabatnya itu. Namun belum lama al-Balkhi
meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia datang lagi. Sahabatnya menjadi heran, mengapa ia
pulang begitu cepat dari yang direncanakannya. Padahal negeri yang ditujunya sangat jauh
Created by: Syihab
Page 29 of 38
lokasinya. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di masjid langsung bertanya kepada al-
Balkhi, sahabatnya. "Wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau pulang begitu cepat?"
"Dalam perjalanan", jawab al-Balkhi, "aku melihat suatu keanehan, sehingga aku memutuskan
untuk segera membatalkan perjalanan".
"Keanehan apa yang kamu maksud?" tanya Ibrahim bin Adham penasaran.
"Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak", jawab al-Balkhi
menceritakan, "aku memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian
bertanya-tanya dalam hati. "Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di
tempat yang jauh dari teman-temannya, matanya tidak bisa melihat, berjalan pun ia tak bisa".
"Tidak lama kemudian", lanjut al-Balkhi, "ada seekor burung lain yang dengan susah payah
menghampirinya sambil membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus
memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah kekurangan makanan, karena
ia berulangkali diberi makanan oleh temannya yang sehat".
"Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?" tanya Ibrahim bin Adham yang belum
mengerti maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera.
"Maka aku pun berkesimpulan", jawab al-Balkhi seraya bergumam, "bahwa Sang Pemberi Rizki
telah memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari
teman-temannya. Kalau begitu, Allah Maha Pemberi, tentu akan pula mencukupkan rizkiku
sekali pun aku tidak bekerja". Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera
pulang saat itu juga".