Kamis, 03 Februari 2011

Kisah Sa'id Al Harits dan Al Khalidah

  Rafi' bin Ubaidullah berkata, "Hisyam bin Yahya Al khanani berkata kepadaku, 'Aku ingin mengisahkan kepadamu sebuah peristiwa yang aku saksikan sendiri, dan Alloh menjadikan peristiwa itu berguna bagiku. Mudah mudahan Alloh juga menjadikannya berguna bagimu.' Aku berkata, 'Wahai Abu Al Walid (panggilan Hisyam bin Yahya), ceritakanlah peristiwa itu kepadaku!.
   "Dia berkata, 'Aku ikut serta dalam perang melawan Romawi pada 38 H. Bersama kami ada Maslamah bin 'Abdul Malik dan Abdulloh bin Al Walid bin Abdul Malik. Dalam pernang ini Al-Thuwanah ditaklukkan atas izin Alloh Azza Wajalla. Kami ditempatkan bersama pasukan dari Basrah dan Al Jazirah di suatu tempat. Kami bergantian dalam melakukan pelayanan dan penjagaan, dan menyiapkan perbekalan dan makanan ternak. bersama kami juga ada seseorang bernama Sa'id bin Al Harits, orang yang rajin beribadah, termasuk puasa dan sholat malam. Kami ingin meringankan pekerjaannya ketika dia mendapatkan giliran, tetapi dia menolak. Dia tetap menjalankan tugasnya tanpa mengurangi ibadahnya sedikitpun.


   "Aku  melihat dia selalu beribadah dengan sungguh-sungguh siang dan malam. Ketika tidak ada kesempatan mendirikan sholat atau sedang menjaga pasukan di malam hari, dia tidak henti_hentinya berdzikir kepada Alloh SWT dan membaca Al-Quran. Pada suatu malam aku mendapat giliran untuk menjaga pasukan bersamanya. Kami mengepung salah satu benteng Romawi yang menyebabkan kami mengalami keadaan yang sulit. Namun, pada malam itu, aku melihat dia sedang beribadah dengan penuh kesabaran. Aku merasa kagum terhadap kekuatan fisiknya, dan ketika itu, aku sadar bahwa Alloh memberikan keutamaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Anehnya, pada pagi hari,dia tidak tampak kelelahan.
   Aku berkata kepadanya, "Semoga Alloh merahmatimu. Dirimu memiliki hak yang harus engkau penuhi, dan matamu juga memiliki hak yang harus engkau penuhi. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Lakukanlah pekerjaan menurut kesanggupan kalian." Aku juga menyebutkan hadist-hadist lain seperti itu. Namun, dia menjawab, ' Saudaraku, napas bisa dihitung, umur ada batasnya, dan hari-haripun akan berakhir. Aku sedang menunggu kematian dan tak lama lagi nyawa akan segera di cabut.' Sungguh jawabannya itu membuatku menangis, dan aku berdoa kepada Alloh agar menganugerahkan pertolongan dan keteguhan kepadanya.

   "Kemudian, aku berkata kepadanya, "Tidurlah, walau sebentar untuk beristirahat! Sebab, engkau tidak akan tahu apa yang akan dilakukan musuh. Jika musuh melakukan sesuatu, tanganmu sudah pulih.' Diapun tidur didalam tenda. Sementara itu, oarang-orang pergi menunaikan tugas masing-masing. Aku sendiri dan teman-teman tinggal ditempat itu untuk menjaga kendaraan mereka dan mempersiapkan logistik bagi mereka. Tiba-tiba, aku mendengar suara dari dalam tenda. Aku heran, karena didalam tenda itu hanya ada Sa'id yang sedang tidur. Aku mengira bahwa seseorang telah masuk ke dalam tenda tanpa aku ketahui.
   "Aku masuk ke dalam tenda, tetapi aku tidak menemukan siapapun selain Sa'id yang sedang tidur. Dia berbicara dan tertawa, sementara matanya tetap terpejam. Aku memperhatikan dan menghafal apa yang dikatakan dan senang mengulang-ulangnya. Kemudian, dia menjulurkan tangan kanannya seakan akan mengambil sesuatu, lalu menariknya lagi perlahan lahan sambil tertawa dan berkata, 'Malam ini! Kemudian dia duduk sambil menggigil, lalu aku mendekapnya beberapa saat. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, lalu diam hingga kesadarannya pulih lagi. Dia bertahlil, bertakbir, dan memuji Alloh SWT.
  "Aku bertanya, 'Saudaraku, apa yang terjadi padamu?' Dia menjawab, 'Aku baik-baik saja, wahai Abu Al Walid!' Aku melihat sesuatu pada dirimu dan mendengar suatu ucapan darimu ketika sedang tidur.' Mulanya, dia tidak mau menceritakan kepadaku apa yang telah dia alami. Dia berkata, 'Aku minta maaf atas kejadian itu.' Namun aku terus mendesaknya dan berkata, 'Ceritakanlah kepadaku, Semoga Alloh merahmatimu. Mudah-mudahan Alloh memberikan pelajaran dan kebaikan dari kejadian ini.'
  "Selang beberapa saat, Sa'id pun menceritakan apa yang terjadi dalam mimpinya, bahwa dua orang yang telah dia lihat rupanya berkata kepadanya, ' Hai Sa'id, saya beritahukan kepadamu bahwa Alloh telah mengampuni dosamu, berterima kasih atas perbuatanmu, menerima amalmu, mengabulkan doamu, dan menyegarakan kabar gembira (bahwa kamu akan meraih surga) dalam kehidupan ini. Oleh karena itu berangkatlah bersama kami sehingga kami dapat memperlihatkan kepadamu kenikmatan yang telah dijanjikan Alloh kepadamu.,
  "Sa'id terus menceritakan apa yang telah dia lihat, seperti istana-istana, bidadari-bidadari yang menyambut kedatangannya, gadis-gadis hingga sofa yang di atasnya duduk satu bidadari seperti mutiara tersimpan. Bidadari itu berkata kepadanya, 'Kami telah lama menunggumu.' Sa'id bertanya, 'Dimana saya?' Bidadari itu menjawab, 'Di surga Ma'wa.'
   'Siapakah anda?'
   'Saya adalah isrimu yang abadi.'
   "Sa'id berkata, 'Saya mengulurkan tangan kepadanya, tetapi dia menolaknya dengan lembut. Bidadari itu berkata, 'Bukan sekarang. Kamu akan kembali ke dunia.' Saya berkata,'Saya tidak ingin kembali.'
   Bidadari itu meneruskan, 'Kamu akan tinggal disana selama tiga hari. Pada hari ketiga, kamu akan berbuka puasa bersama kami, Insya Alloh.'
   'Kemudian aku bangkit dari tempat pertemuannya, dan aku terduduk ketika ia berdiri. Ternyata aku baru saja tertidur.'
  "aku (Hisyam) berkata, 'Saudaraku, bersyukurlah kepada Alloh. Dia telah memperlihatkan kepadamu pahala amalmu.' Sa'id bertanya kepadaku, Adakah orang lain yang melihat apa yang ku alami/' Aku menjawab, 'tidak'.' Dia berkata, 'Atas nama Alloh, aku mohon engkau tidak menceritakannya kepada orang lain selama aku masih hidup.' Aku menjawab, 'ya'. Dia bertanya, 'apa yang dilakukan teman-teman kita? Aku menjawab, 'Sebagian mereka sedang bertempur dan sebagian lain memenuhi kebutuhan mereka.' Kemudian, dia berdiri, bersuci, mandi, memekai wewangian, mengambil senjata dan berjalan ke tempat pertempuran, padahal dia sedang berpuasa. Dia terus bertempur hingga malam.
   "Ketika teman-temannya kembali, dia ikut bersama mereka. Mereka berkata kepadaku, 'Hai Abu Al Walid, orang ini melakukan apa yang tidak pernah kami lihat dilakukan oleh siapapun. Dia sangat menginginkan mati syahid. Dia menyambut bidikan panah dan lemparan batu dari musuh. Namun, dia mampu menangkis semuanya. 'Aku berkata dalam hati, 'Sekiranya engkau mengetahui ikhwal dirinya,, tentu kalian akan berlomba-lomba untuk melakukan apa yang seperti apa yang di lakukannya.' Dia berbuka dengan sedikit makanan, malamnya dia sholat tahajud, dan esok harinya ia berpuasa lagi. Dia melakukan apa yang seperti di lakukannya pada hari sebelumnya. Pada sore hari, dia kembali. Lalu, teman-temannya menyebut ikhwal dirinya, seperti yang mereka katakan pada hari sebelumnya.
   "Pada hari ketiga, setelah dua hari berlalu, aku berangkat bersamanya. Aku berkata dalam hati, 'Aku harus menyaksikan bagaimana keadaannya dan apa yang akan terjadi padanya.' Sepanjang siang itu, dia selalu menyambut serangan musuh, tetapi tidak satupun serangan yang mengenainya. Aku hanya menyaksikannya dari kejauhan, tidak mampu mendekat kepadanya. Ketika matahari terbenam, dia sangat bersemangat. Tiba-tiba, seseorang dari atas dinding benteng mengarahkan anak panahnya kepadanya dan mengenai tubuhnya sehingga dia jatuh tersungkur. Aku menyaksikan kejadian itu. Lalu aku memanggil orang-orang sambil berteriak sehingga mereka segera menghampirinya dan membopongnya. Ketika aku melihatnya, aku berkata kepadanya, "Selamat bagimu atas apa yang dengannya kamu berbuka pada malam ini. Alangkah beruntung jika aku ikut bersamamu.' Dia menggerakkan bibir bawahnya dan memberi isyarat dengan kedipan matanya sambil tersenyum. Maksudnya, agar aku merahasiakan ikhwal dirinya sebelum dia meninggal.
   "Dia berkata, 'Segalka puji bagi Alloh yang telah menepati janji-Nya kepada kami.' Demi Alloh, tidak ada kata-kata lain dari mulutnya selain kalimat itu. Kemudian Alloh mencabut nyawanya. Seketika itu aku berteriak keras sekali, 'Hai hamba-hamba Alloh, hendaklah orang-orang yang beramal melakukan seperti apa yang dilakukan orang ini! Dengarkanlah apa yang akan aku beritahukan kepada kalian tentang orang ini!' Orang-orang segera berkumpul di sekelilingku. Lalu, aku menceritakan kepada mereka apa yang telah aku saksikan sambil menangis terisak-isak. Serentak merekapun bertakbir dan medan pertempuran itupun seperti bergetar karenanya. Setelah itu, mereka bersiap-siap mensholatkannya. Ketika hal itu disampaikan kepada Maslamah bin 'Abdul Malik, hendaklah orang-orang mengenal ikhwal orang ini yang mengimami sholat jenazahnya.' Aku imami sholat jenazahnya."
   "Pada malam itu, orang-orang membincangkan ikhwal dirinya, sebagian membicarakannya kepada sebagian yang lain. Pada pagi hari berikutnya, mereka segera menyerang benteng itu dengan semangat yang baru dan hati diliputi kerinduan untuk bertemu Alloh Azza wa Jalla. Ketika hari menjelang siang, mereka telah berhasil merebut benteng itu atas berkat dan rahmat Alloh Swt." (Ruhban--Al Lail).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar