Rabu, 01 Desember 2010

Siswa Tua

Siswa Tua
Pada mulanya  As-Sakiki adalah suorang pandai besi. Pada suatu hari ia membuat subuah tempat tinta mungil dari besi yang diberinya tutup indah. Lalu ia menghadiahkan tempat tinta mungil terbebut kepada raja yang berkuasa pada saat itu.
Ketika hadiah tersebut diserahkan raja mengagumi hasil karya As-Sakiki itu, akan tetapi ia tidak mengelu-elukanya  atau menunjukan simpati yang besar, seperti yang dibayangkan oleh As-Sakiki sebelumnya.bersamaan dengan itu masuklah seorang laki-laki hendak bertemu dengan raja, sementara As-Sakiki masih ada disitu. Raja bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut laki-laki itu dengan penuh hormat, lalu dia mempersolahkan duduk dengan penuh hormat pula. Melihat itu  As-Sakiki bertanya-tanya, siapakah laki-laki itu? Ternyata laki-laki itu adalah seorang ulama.
As-Sakiki berfikir dalam hatinya sekiranya dia tergolong ulama, tentu lebih mudah ia memperoleh kemuliaan dan penghargaan seperti yang ia inginkan selama ini. Seketika itu juga ia keluar lalu berangkat untuk mencari ilmu. Padahal diwaktu itu ia sudah berusia 30 tahun.
Pada suatu hari gurunya berkata kepadanya, “barangkali, engkau telah berada pada umur yang tak akan berguna lagi engkau belajar. Saya liat agaknya otakmu tidak membantumu lagi buat memperoleh ilmu”. Namun demikian diajarkannya juga pelajaran seperti  ini :
“Syekh berkata, kulit  anjing itu menjadi suci dengan cara disamak”. Kata-kata ini diulang-ulangnya kepada As-Sakiki, namun besoknya ketika As-Sakiki dating dan diminta gurunya supaya mengulangi pelajaran yang talah dibacakan kemarin, ternyata As-Sakiki mengatakan, “anjing berkata, kulit syekh itu menjadi suci dengan cara disamak”, sehingga para siswa yang lainpun terpingkal-pingkal dibuatnya.
As-Sakiki putus asa dan kecil hati. Kemudian ia keluar, pergi ke hutan dan gunung-gunung, yang disana ia menemukan sebuah batu karang yang keras. Tampaklah disana ada bekas lubang tetesan air. Dari pengalaman itu ia berkesimpulan : “Hatiku tidaklah lebih keras dibandingkan dengan batu karang ini, dan otakku  tidaklah lebih beku dari padanya, kenapa mesti tidak bias ditembus oleh ilmu dan pelajaran?”
As-Sakiki kembali lagi ke sekolah dengan tekadnya yang bulat, sehingga Allah pun akhirnya membukakan baginya pintu-pintu pengetahuan, dan memperoleh kemajuan melebihi  semua orang pada zamannya.

Ada beberapa hikmah yang bias kita ambil dari cerita tersebut:
1.       Menuntut ilmu itu tidak memandang waktu dan usia, ….
2.       Jangan pernah berputus asa, Allah melarang kita berputus asa dari rahmat-Nya.
3.       Allah tidak akam merubah nasib suatu kaum sampai ia merubahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar