Rabu, 09 Maret 2011

Kisah Raja dan Budak Hitam

Raja Harun Al-Rasyid, seorang dari keturunan Bani Abbasiyah, memiliki seorang budak perempuan
yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata.
Pada suatu hari, Raja menaburkan wang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan
berlomba untuk mendapatkan wang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa
itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda.
Raja merasa amat kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu
memperebutkan wang.
Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan wang
taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan
wang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik wang taburan itu.
Mendengar jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia
jadikan budak itu sebagai permaisurinya.

Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua
mencemooh Raja Harun dan mencela Raja yang mempersunting seorang budak hitam. Raja mendengar
semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka.
Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di negerinya. Ketika semua budak
telah berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada masing-masing budak segelas berlian
untuk dihancurkan.
Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu,
gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata, Lihatlah budak hitam
yang berperilaku sangat menjijikan ini!
Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya, Mengapa kau hancurkan gelas itu? Budak
hitam menjawab, Aku lakukan hal ini karena perintahmu.
Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan
Khalifah.
Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah melanggar titah Khalifah. Bila gelas ini
hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila. Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan,
berarti hamba telah melanggar perintah Khalifah.
Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua. Mendengar jawaban yang singkat itu,
semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu. Akhirnya
mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Khalifah jatuh hati kepadanya.

sumber : kisah-kisah sufi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar