Minggu, 12 Desember 2010

RIYADHUS SHALIHIN (Taman Orang-orang Salih) BAB III

Bab 3
باب الصبر
Sabar

قال الله تعالى : { ((آل عمران : 200 ) وقال تعالى {ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص
من الأموال والأنفس والثمرات وبشر الصابرين} (( البقرة : 155 )) وقال تعالى : }إنما يوفى
الصابرون أجرهم بغير حساب{ ((الزمر: 10 )) وقال تعالى: }ولمن صبر وغفر إن ذلك لمن عزم
الأمور{ ((الشورى : 43 )) وقال تعالى: }استعينوا بالصبر والصلاة إن الله مع الصابرين{ ((محمد
31 )) والآيات في الأمر بالصبر وبيان فضله كثيرة معروفة. :
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu." (ali-lmran:
200)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan,
ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 155)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada
hitungannya - kerana amat banyaknya." (az-Zumar: 10)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu niscayalah
termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh." (as-Syura: 43)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 153)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami hendak menguji kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui
siapa di antara engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang
bersabar." (Muhammad: 31)

Ayat-ayat yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan
keutamaan sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
41
25- وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : "الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن -أو تملأ- ما
بين السماوات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو
عليك. كل الناس يغدو، فبائع نفسه فمعتقها، أو موبقها" ((رواه مسلم)).
25. Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada
di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah pahaya, sedekah adalah sebagai tanda -
keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran adalah
merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan
menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu - jikalau
tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap
orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya - kepada Allah - berarti ia
memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan
dirinya sendiri pula - kerana tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hadis ini ialah:
(a) Bersuci yakni menyucikan diri dari hadas dan kotoran.
(b) Memenuhi neraca kerana sangat besar pahalanya, hingga neraca akhirat penuh
dengan ucapan itu saja.
(c) Artinya andaikata pahalanya itu dibentuk menjadi jisim yang tampak, pasti
dapat memenuhi langit dan bumi.
(d) Shalat adalah cahaya yakni cahaya yang menerangi kita ke jalan yang diridhai
Allah. Sebab orang yang tidak suka bersembahyang pasti hati nuraninya tertutup daripada
kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.
(e) Sedekah yang sunnah atau wajib (zakat) itu merupakan kenyataan yang
menunjukkan bahwa orang itu benar-benar telah melakukan perintah Allah.
(f) Al-Quran itu hujjah (keterangan) bagimu yakni membela dirimu kalau engkau
suka melakukan isinya. Atau juga keterangan atasmu yakni mencelakakan dirimu yaitu
kalau engkau menyalahi apa-apa yang menjadi perintah Allah.
(g) Kita di dunia ini ibarat orang yang sedang dalam bepergian ke lain tempat yang
hanya terbatas sekali waktunya. Di tempat itu kita menjual diri yakni memperjuangkan nasib
untuk hari depan seterusnya yang kekal yaitu di akhirat. Tetapi di dalam memperjuangkan
itu, ada di antara kita yang memerdekakan diri sendiri yakni melakukan semua amat baik
dan perintah-perintah Allah, sehingga diri kita merdeka nanti di syurga. Tetapi ada pula
yang merusak dirinya sendiri kerana melakukan larangan-larangan Allah hingga rusaklah
akhirnya nanti di dalam neraka, amat pedih siksa yang ditemuinya.





Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
42
26- وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما: "أن ناسًا من الأنصار
سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فأعطاهم، ثم سألوه فأعطاهم ، حتى نفد ما عنده، فقال لهم
حين أنفق كل شيء بيده : "ما يكن عندي من خير فلن أدخره عنكم ، ومن يستعفف يعفه الله،
ومن يستغن يغنه الله، ومن يتصبر يصبره الله. وما أعطي أحد عطاءً خيرًا وأوسع من الصبر"
((متفق عليه)) .
26. Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma
bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah
s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan
beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah
habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan
kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka
tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada
orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa
dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa
yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang
dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada
karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)
27- وعن أبي يحيى صهيب بن سنان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
"عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن : إن أصابته سراء شكر
فكان خيرًا له، وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرًا له" ((رواه مسلم)).
27. Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak
akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia
mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan
baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun
bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
28- وعن أنس رضي الله عنه قال: لما ثقل النبي صلى الله عليه وسلم جعل يتغشاه الكرب فقالت
فاطمة رضي الله عنها: واكرب أبتاه. فقال : "ليس على أبيك كرب بعد اليوم" فلما مات قالت
: يا أبتاه أجاب ربًا دعاه، يا أبتاه جنة الفردوس مأواه، يا أبتاه إلى جبريل ننعاه، فلما دفن قالت :
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
43
فاطمة رضي الله عنها: أطابت أنفسكم أن تحثوا على رسول الله صلى الله عليه وسلم التراب؟
((رواه البخاري)).
28. Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliaupun
diliputi oleh kedukaan - kerana menghadapi sakratulmaut, kemudian Fathimah radhiallahu
'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini."
Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau
telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat
kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai
Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam
Rasulullah s.a.w itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu
tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w.
dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan
tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah
demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)
زيد بن حارثة مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم وحبه وعن أبي زيد أسامة بن - 29
قال: أرسلت بنت النبي صلى الله عليه وسلم : إن ابني قد احتضر وابن حبه، رضي الله عنهما،
يقرئ السلام ويقول: "إن لله ما أخذ، وله ما أعطى، وكل شيء عنده بأجل فاشهدنا، فأرسل
ومعاذ فلتصبر ولتحتسب" فأرسلت إليه تقسم عليه ليأتينها. فقام ومعه سعد بن عبادة، مسمى،
صلى الله بن جبل، وأبي بن كعب، وزيد بن ثابت، ورجال رضي الله عنهم، فرفع إلى رسول الله
رسول الله عليه وسلم الصبي فأقعده في حجره ونفسه تقعقع، ففاضت عيناه، فقال سعد: يا
رواية : "في قلوب من شاء من ماهذا؟ فقال: "هذه رحمة جعلها الله تعالى في قلوب عباده" وفى
ومعنى تقعقع : تتحرك وتضطرب. ((متفق عليه)) . الرحماء" عباده وإنما يرحم الله من عباده
29. Dari Abu Zaid, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah, sahaya Rasulullah s.a.w. serta
kekasihnya serta putera kekasihnya pula radhiallahu 'anhuma, katanya: "Puteri Nabi s.a.w.
mengirimkan berita kepada Nabi s.a.w. -bahwa anakku sudah hampir meninggal dunia,
maka dari itu diminta supaya menyaksikan keadaan kita." Kita: yakni yang akan meninggal
serta yang sedang menungguinya. Beliau lalu mengirimkan kabar sambil menyampaikan
salam, katanya: "Sesungguhnya bagi Allah adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa
yang Dia berikan dan segala sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang telah
ditentukan, maka hendaklah bersabar dan berniat mencari keridhaan Allah."
Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita lagi serta bersumpah nadanya supaya beliau
suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau s.a.w. lalu berdiri dan disertai oleh
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
44
Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit dan beberapa orang
lelaki lain radhiallahu 'anhum.
Anak kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah s.a.w., kemudian diletakkannya di
atas pangkuannya sedang nafas anak itu terengah-engah. Kemudian melelehlah airmata dari
kedua mata beliau s.a.w. itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?" Beliau s.a.w.
menjawab: "Airmata ini adalah sebagai kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para
hambaNya."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja yang disukai olehNya daripada
hambaNya. Hanya saja Allah itu merah-mati dari golongan hamba-hambaNya yakni orangorang
yang menaruh belas kasihan - pada sesamanya."
(Muttafaq 'alaih)
Makna Taqa'qa'u ialah bergerak dan bergoncang keras (berdebar-debar).
30- وعن صهيب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " كان ملك
فيمن كان قبلكم، وكان له ساحر، فلما كبر قال للملك : إني قد كبرت فابعث إلى
غلامًا أعلمه السحر؛ فبعث إليه غلامًا يعلمه، وكان في طريقه إذا سلك راه  ب، فقعد
إليه وسمع كلامه فأعجبه، وكان إذا أتى الساحر مر بالراهب وقعد إليه، فإذا أتى الساحر
ضربه، فشكا ذلك إلى الراهب فقال: إذا خشيت الساحر فقال: حبسني أهلي، وإذا
خشيت أهلك فقل: حبسني الساحر.
فبينما هو على ذلك إذ أتى على دابةٍ عظيمةٍ قد حبست الناس فقال: اليوم أعلم آلساحر
أفضل أم الراهب أفضل؟ فآخذ حجرًا فقال: اللهم إن كان أمر الراهب أحب إليك من
أمر الساحر فاقتل هذه الدابة حتى يمضي الناس، فرماها فقتلها ومضى الناس، فأتى
الراهب فأخبره. فقال له الراهب: أي بني أنت اليوم أفضل مني، قد بلغ أمرك ما أرى،
وإنك ستبتلى، فإن ابتليت فلا تدل علي؛ وكان الغلام يبرئ الأكمه والأبرص، ويداوي
الناس من سائر الأدواء. فسمع جليس للملك كان قد عمي، فأتاه دايا كثيرةٍ فقال: ما
ها  هنا لك أجمع إن أنت شفيتنى، فقال: إني لا أشفي أحدًا إنما يشفى الله تعالى، فإن
آمنت بالله دعوت الله فشفاك، فآمن بالله تعالى فشفاه الله تعالى، فأتى الملك فجلس إليه
كما كان يجلس فقال له الملك: من رد عليك بصرك؟ فقال: ربي قال: ولك رب غيري
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
45
؟( قال: ربي وربك الله، فأخذه فلم يزل يعذبه حتى دل على الغلام، فجئ بالغلام فقال
له الملك: أى بني قد بلغ من سحرك ما تبرئ الأكمه والأبرص وتفعل وتفعل فقال: إني
لا أشفي أحدًا، إنما يشفي الله تعالى، فأخذه فلم يزل يعذبه حتى دل على الراهب؛ فجيء
بالراهب فقيل له: ارجع عن دينك، فأبى ، فدعا بالمنشار فوضع المنشار في مفرق رأسه،
فشقه حتى وقع شقاه، ثم جيء بجليس الملك فقيل له: ارجع عن دينك فأبى، فوضع
المنشار في مفرق رأسه، فشقه به حتى وقع شقاه، ثم جيء بالغلام فقيل له ارجع عن
دينك فأبى، فدفعه إلى نفر من أصحابه فقال: اذهبوا به إلى جبل كذا وكذا فاصعدوا به
الجبل فقال: اللهم اكفنيهم بما شئت، فرجف م الجبل فسقطوا، وجاء يمشي إلى الملك،
فقال له الملك: ما فعل أصحابك؟ فقال: كفانيهم الله تعالى، فدفعه إلى نفر من أصحابه
فقال : اذهبوا به فاحملوه في قرقور وتوسطوا به البحر، فإن رجع عن دينه وإلا فاقذفوه،
فذهبوا به فقال: اللهم اكفنيهم بما شئت، فانكفأت م السفينة فغرقوا، وجاء يمشي إلى
الملك. فقال له الملك : ما فعل أصحابك؟ فقال: كفانيهم الله تعالى. فقال الملك إنك
لست بقاتلي حتى تفعل ما آمرك به. قال : ما هو؟ قال : تجمع الناس في صعيد واحد،
وتصلبني على جذع ، ثم خذ سهمًا من كنانتي، ثم ضع السهم في كبد القوس ثم قل:
بسم الله رب الغلام ثم ارمني، فإنك إن فعلت ذلك قتلتني . فجمع الناس في صعيد
واحد، وصلبه على جذع، ثم أخذ سهما من كنانته، ثم وضع السهم في كبد القوس، ثم
قال: بسم الله رب الغلام، ثم رماه فوقع السهم في صدغه، فوضع يده في صدغه فمات.
فقال الناس آمنا برب الغلام، فأتى الملك فقيل له: أرأيت ما كنت تحذر قد والله نزل بك
حذرك. قد آمن الناس. فأمر بالأخدود بأفواه السكك فخدت وأضرم فيها النيران وقال:
من لم يرجع عن دينه فأقحموه فيها أو قيل له : اقتحم ، ففعلوا حتى جاءت امرأة ومعها
صبى لها، فتقاعست ان تقع فيها، فقال لها الغلام: يا أماه اصبري فإنك على الحق" ((رواه
مسلم)).
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
46
ذروة الجبل : أعلاه، وهى بكسر الذال المعجمة وضمها و القرقور بضم القافين : نوع من
السفن و الصعيد هنا : الأرض البارزة و الأخدود : الشقوق في الأرض كالنهر الصغير و
أضرم أوقد وانكفأت أي : انقلبت، وتقاعست : توقفت وجبنت
30. Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada seorang raja
dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah
penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu
kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."
Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di
tengah perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun
duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang di
tempat penyihir - yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk
di situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya
apabila dating di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya - kerana kelambatandatangnya.
Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau
engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan
jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh
penyihir."
Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di
suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang
banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan
mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun
lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih
dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orangorang
banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi,
kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan
memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah
lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri
dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau
terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat
mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk
- yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan
membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada
di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu
berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala
yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya
akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu
beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja
terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian
bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang
menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah
engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan
Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus
diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang
menyebabkan kesembuhannya. Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
47
anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan
yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."
Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun,
hanyasanya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan
terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta.
Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!"
Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patungpatung.
Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji,
kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga
jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja
dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan
menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu
dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak
itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak ajakannya.
Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah
membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau
semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah
engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu." Sahabatsahabatnya
itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya
Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung
itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju
ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab:
"Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan
kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan
membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau
ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke
lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah,
lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu
terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun
berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala
telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan
tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan." Raja
bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi
satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari
tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:
"Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya
apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada
sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu
meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini."
Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu
meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman kepada
Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui
apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu
telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah
beriman."
Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi - yang
bertebing dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
48
dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka
lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya
sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin
kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan
membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya.
Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, kerana sesungguhnya ibu adalah
menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim)
Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal
mu'jamah atau dhammahnya. Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalah
suatu macam dari golongan perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit).
Alukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil. Adhrama artinya
menyalakan. Inkafa-at artinya berubah. Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju
dan pula merasa ketakutan.
31- وعن أنس رضي الله عنه قال: مر النبي صلى الله عليه وسلم بامرأة تبكي عند قبر فقال :
"اتقي الله واصبري" فقالت : إليك عني ، فإنك لم تصب بمصيبتي ( ولم تعرفه، فقيل لها : إنه النبي
صلى الله عليه وسلم ، فأتت باب النبي صلى الله عليه وسلم، فلم تجد عنده بوابين، فقالت: لم
أعرفك، فقال: "إنما الصبر عند الصدمة الأولى" ((متفق عليه)) . ((وفى رواية لمسلم)): تبكي
على صبي لها .
31. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang
sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan
bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena
mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa
itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi
adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak
didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai
Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan
mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama," bukan berarti ketika
mendapatkan mushibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru
terkena mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau keduanya,
ketiganya dan selanjutnya.
Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah
berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama
kali, sebab sudah terlambat.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
49
32- وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " يقول الله تعالى :
ما لعبدي المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة" ((رواه
البخاري)).
32. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasululiah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala
berfirman:
"Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku
mengambil - mematikan - kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan
Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)
33- وعن عائشة رضي الله عنها أا سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون، فأخبرها
أنه كان عذابًا يبعثه الله تعالى على من يشاء، فجعله الله تعالى رحمة للمؤمنين، فليس من عبد يقع
في الطاعون فيمكث في بلده صابرًا محتسبًا يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل
أجر الشهيد" ((رواه البخاري)).
33. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasululiah s.a.w.
perihal penyakit taun, lalu beliau memberi-tahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah
sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki
olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum
mu'minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di
negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa
taun itu tidak akan mengenainya kecuali kerana telah ditetapkan oleh Allah untuknya,
kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari)
34- وعن أنس رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : "إن لله عزوجل
قال: إذا ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عوضته منهما الجنة" يريد عينيه ، ((رواه البخاري)).
34. Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar Rasululiah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman:
"Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya
- yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga kerana
kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari)
35- وعن عطاء بن أبي رباح قال: قال لي ابن عباس رضي الله عنهما: ألا أريك امرأة من أهل
الجنة " فقلت: بلى، قال: هذه المرأة السوداء أتتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت : إني أصرع،
و إني أتكشف، فادع الله تعالى لي قال: "إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت دعوت الله تعالى
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
50
أن يعافيك" فقالت: أصبر، فقالت: إني أتكشف ، فاد الله أن لا أتشكف ، فدمعا لها. ((متفق
عليه)) .
35. Dari 'Atha' bin Abu Rabah, katanya: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan
padaku: "Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?"
Saya berkata: "Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi s.a.w.
lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu
saya membuka aurat tubuhku. Oleh kerananya haraplah Tuan mendoakan untuk saya
kepada Allah - agar saya sembuh." Beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau suka hendaklah
bersabar saja dan untukmu adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan
mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNya."
Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu katanya pula: "Sesungguhnya kerana penyakit
itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya
kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu." Nabi s.a.w. lalu mendoakan
untuknya - sebagaimana yang dikehendakinya itu." (Muttafaq 'alaih)
36- وعن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: كأني انظر إلى رسول الله صلى
الله عليه وسلم يحكي نبيًا من الأنبياء، صلوات الله وسلامه عليهم، ضربه قومه فأدموه وهو يمسح
الدم عن وجهه، يقول : "اللهم اغفر لقومى فإم لا يعلمون" ((متفق عليه)) .
36. Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan
saya melihat kepada Rasulullah s.a.w. sedang menceriterakan tentang seorang Nabi dari
sekian banyak Nabi-nabi shalawatuliah wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli oleh kaumnya,
sehingga menyebabkan keluar darahnya dan Nabi tersebut mengusap darah dari wajahnya
sambil mengucapkan: "Ya Allah ampunilah kaum hamba itu, sebab mereka itu memang tidak
mengerti." (Muttafaq 'alaih)
37- وعن أبي سعيد وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "ما يصيب
المسلم من نصب ولا وصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولا غم، حتى الشوكة يشاكها إلا كفر
الله ا من خطاياه" ((متفق عليه)) . و الوصب : المرض
37. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari
kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang
akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti - yakni
sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya, ataupun kesedihan - segala macam dan
segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan
Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya-yakni
sesuai dengan mushibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
51
Kesakitan apapun yang diderita oleh seseorang mu'min, ataupun bencana dalam
bentuk bagaimana yang ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan
berpahalalah ia dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jikalau tidak
sabar dan uring-uringan serta mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka bukan pahala
yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya dosa. Oleh sebab itu jikalau kita tertimpa
oleh kesakitan atau malapetaka, jangan sampai malahan melenyapkan pahala yang
semestinya kita peroleh.
38- وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال: دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك
فقلت: يارسول الله إنك توعك وعكًا شديدًا قال: "أجل إني أوعك كما يوعك رجلان منكم"
قلت: ذلك أن لك أجرين ؟ قال: "أجل ذلك كذلك ما من مسلم يصيبه أذى؛ شوكة فما فوقها
إلا كفر الله ا سيئاته ، وحطت عنه ذنوبه كما تحط الشجرة ورقها" ((متفق عليه)) .والوعك :
مغث الحمى، وقيل: الحمى
38. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau
sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan
dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda: "Benar,
sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang
menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan tentulah mendapatkan dua kali
pahala." Beliau bersabda: "Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang
Muslimpun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang
lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab
mushibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah
pohon menurunkan daunnya - dan ini jikalau disertai kesabaran."
Alwa'ku yaitu sangatnya panas (dalam tubuh sebab sakit), tetapi ada yang mengatakan
panas (biasa).
39- وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " من يرد الله به خيرًا
يصب منه" : ((رواه البخاري)). وضبطوا يصب :بفتح الصاد وكسرها
39. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan
memberikan mushibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa
yang menjadi kekasihnya." (Riwayat Bukhari)
Para ulama mencatat: Yushab, boleh dibaca fathah shadnya dan boleh pula
dikasrahkan, (lalu dibaca yushib).
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
52
40- وعن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " لا يتمنين أحدكم
الموت لضر أصابه، فإن كان لابد فاع ً لا فليقل: اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرًا لي وتوفني إذا
كانت الوفاة خيرًا لي" ((متفق عليه)) .
40. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian
dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus
berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama
kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan matikanlah aku apabila kematian
itu merupakan kebaikan untukku." (Muttafaq 'alaih)
41- وعن أبي عبد الله خباب بن الأرت رضي الله عنه قال: شكونا إلى رسول الله صلى الله عليه
وسلم وهو متوسد بردة له في ظل الكعبة، فقلنا : ألا تستنصر لنا ألا تدعو لنا؟ فقال: قد كان من
قبلكم يؤخذ الرجل فيحفر له في الأرض فيجعل فيها ثم يؤتى بالمنشار فيوضع على رأسه فيجعل
نصفين، ويمشط بأمشاط من الحديد ما دون لحمه وعظمه، ما يصده ذلك عن دينه، والله ليتمن
الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف إلا الله والذئب على غنمه،
ولكنكم تستعجلون" ((رواه البخاري)). وفي رواية: وهو متوسد بردة وقد لقينا من المشركين
شدة
41. Dari Abu Abdullah, yaitu Khabbab bin Aratti r.a., katanya: "Kita mengadu kepada
Rasulullah s.a.w. dan beliau ketika itu meletakkan pakaian burdahnya di bawah kepalanya
sebagai bantal dan berada di naungan Ka'bah, kita berkata: Mengapa Tuan tidak
memohonkan pertolongan - kepada Allah - untuk kita, sehingga kita menang? Mengapa
Tuan tidak berdoa sedemikian itu untuk kita?" Beliau lalu bersabda:
"Pernah terjadi terhadap orang-orang sebelummu - yakni zaman Nabi-nabi yang lalu,
yaitu ada seorang yang diambil - oleh musuhnya, kerana ia beriman, kemudian digalikanlah
tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam tanah tadi, selanjutnya didatangkanlah sebuah
gergaji dan ini diletakkan di atas kepalanya, seterusnya kepalanya itu dibelah menjadi dua.
Selain itu iapun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan di bawah daging
dan tulangnya, semua siksaan itu tidak memalingkan ia dari agamanya -yakni ia tetap
beriman kepada Allah. Demi Allah niscayalah Allah sungguh akan menyempurnakan
perkara ini - yakni Agama Islam, sehingga seseorang yang berkendaraan yang berjalan dari
Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau kerana takut pada
serigala atas kambingnya - sebab takut sedemikian ini lumrah saja. Tetapi engkau semua itu
hendak bercepat-cepat saja." (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat lain diterangkan: "Beliau saat itu sedang berbantal burdahnya, padahal
kita telah memperoleh kesukaran yang amat sangat dari kaum musyrikin."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
53
42- وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : لما كان يوم حنين آثر رسول الله صلى الله عليه وسلم
ناسًا في القسمة، فأعطى الأقرع بن حابس مائة من الإبل، وأعطى عيينة بن حصن مثل ذلك،
وأعطى ناسًا من أشراف العرب وآثرهم يومئذ في القسمة. فقال رجل: والله إن هذه قسمة ما
عدل فيها، وما أريد فيها وجه الله، فقلت : والله لأخبرن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فأتيته
فأخبرته بما قال: فتغير وجههه حتى كان كالصرف . ثم قال " فمن يعدل إذا لم يعدل الله
ورسوله؟ ثم قال: يرحم الله موسى قد أوذي بأكثر من هذا فصبر". فقلت: لا جرم لا أرفع إليه
بعدها حديثًا. ((متفق عليه)) وقوله كالصرف هو بكسر الصاد المهملة : وهو صبغ أحمر .
42. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ketika hari peperangan Hunain, Rasulullah s.a.w.
melebihkan - mengutamakan - beberapa orang dalam pemberian pembagian - harta
rampasan, lalu mem-berikan kepada al-Aqra' bin Habis seratus ekor unta dan memberikan
kepada 'Uyainah bin Hishn seperti itu pula - seratus ekor unta, juga memberikan kepada
orang-orang yang termasuk bangsawan Arab dan mengutamakan dalam cara pembagian
kepada mereka tadi. Kemudian ada seoranglelaki berkata: "Demi Allah, pembagian secara ini,
sama sekali tidak ada keadilannya dan agaknya tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan
Allah." Saya lalu berkata: "Demi Allah, hal ini akan saya beritahukan kepada Rasulullah
s.a.w." Saya pun mendatanginya terus memberitahukan kepadanya tentang apa-apa yang
dikatakan oleh orang itu. Maka berubahlah warna wajah beliau sehingga menjadi semacam
sumba merah - merah padam kerana marah - lalu bersabda:
"Siapakah yang dapat dinamakan adil, jikalau Allah dan RasulNya dianggap tidak adil
juga." Selanjutnya beliau bersabda: "Allah merahmati Nabt Musa. Ia telah disakiti dengan
cara yang lebih sangat dari ini, tetapi ia tetap sabar." Saya sendiri berkata: "Ah, semestinya
saya tidak memberitahukan dan saya tidak akan mengadukan lagi sesuatu pembicaraanpun
setelah peristiwa itu kepada beliau lagi." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Kashshirfi dengan kasrahnya shad muhmalah, artinya sumba merah.
43- وعن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :"إذا أراد الله بعبده خيرًا
عجل له العقوبة في الدنيا، وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة".
وقال النبي صلى الله عليه وسلم : "إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحب قومًا
ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط" ((رواه الترمذي وقال : حديث
حسن)).
43. Dari Anas r.a., berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah menghendaki
kebaikan pada seseorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan - penderitaan -
sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada se-seorang hambaNya,
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
54
maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan
balasan - siksaannya - hari kiamat."
Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga riwayat Anas r.a.: "Sesungguhnya besarnya balasan -
pahala - itu menilik besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila
mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang
rela - menerima bala' tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang
uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini Hadis hasan.
44- وعن أنس رضي الله عنه قال: كان ابن لأبي طلحة رضي الله عنه يشتكي، فخرج أبو طلحة،
فقبض الصبي، فلما رجع أبو طلحة قال: ما فعل ابني؟ قالت أم سليم وهى أم الصبي : هو أسكن
ما كان، فقربت إليه العشاء فتعشى، ثم أصاب منها، فلما فرغ قالت: واروا الصبي، فلما أصبح
أبو طلحة أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخبره، فقال: "أعرستم الليلة ؟" قال: نعم ، قال:
"اللهم بارك لهما، فولدت غلامًا، فقال لي أبو طلحة: احمله حتى تأتى به النبي صلى الله عليه
وسلم، وبعث معه بتمرات، فقال: "أمعه شيء؟" قال: نعم، تمرات فأخذها النبي صلى الله عليه
وسلم فمضغها ، ثم أخذها من فيه فجعلها في ّ في الصبي ، ثم حنكه وسماه عبد الله. ((متفق عليه))
. وفى رواية للبخاري: قال ابن عيينة : فقال رجل من الأنصار : فرأيت تسعة أولاد كلهم قد
قرؤوا القرآن ، يعنى من أولا عبد الله المولود
وفى رواية لمسلم: مات ابن لأبي طلحة بن أم سليم ، فقالت لأهلها لا تحدثوا أبا طلحة بابنه حتى
أكون أنا أحدثه، فجاء فقربت إليه عشاءً فأكل وشرب، ثم تصنعت له أحسن ما كانت تصنع
قبل ذلك، فوقع ا، فلما أن رأت أنه قد شبع وأصاب منها قالت: يا أبا طلحة، أرأيت لو أن
قومًا أعاروا عاريتهم أهل بيت فطلبوا عاريتهم، ألهم أن يمنعوهم؟ قال: لا، فقالت : فاحتسب
ابنك. قال: فغضب، ثم قال: تركتني حتى إذا تلطخت أخبرتني بابني؟! فانطلق حتى أتى رسول الله
صلى الله عليه وسلم فأخبره بما كان ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم. "بارك الله في
ليلتكما" قال: فحملت، قال وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم في سفر وهي معه، وكان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتى المدينة من سفر لا يطرقها طروقًا فدنوا من المدينة، فضرا
المخاض، فاحتبس عليها أبو طلحة، وانطلق رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يقول أبو
طلحة: إنك لتعلم يارب أنه يعجبني أن أخرج مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا خرج،
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
55
وأدخل معه إذا دخل، وقد احتبست بما ترى، تقول أم سليم: يا أبا طلحة ما أجد الذى كنت
أجد، انطلق، فانطلقنا، وضرا المخاض حين قدما فولدت غلامًا. فقالت لي أمي : يا أنس لا
يرضعه أحد حتى تغدو به على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فلما أصبح احتملته فانطلقت به
إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم. وذكر تمام الحديث.
44. Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah itu mempunyai seorang putera yang sedang
menderita sakit. Abu Thalhah keluar pergi - menghadap Nabi s.a.w., kemudian anaknya itu
dicabutlah ruhnya - yakni meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah kembali -waktu itu ia
sedang berpuasa, ia berkata: "Bagaimanakah keadaan anakku?" Ummu Sulaim, yaitu ibu
anak tersebut - jadi isterinya Abu Thalhah - menjawab: "Ia dalam keadaan yang setenangtenangnya."
Isterinya itu lalu menyiapkan makanan malam untuknya kemudian Abu
Thalhah pun makan malamlah, selanjutnya ia menyetubuhinya isterinya itu. Setelah selesai,
Ummu Sulaim berkata: "Makamkanlah anak itu." Setelah menjelang pagi harinya Abu
Thalhah mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu memberitahukan hal tersebut - kematiannya
anaknya yang ia baru mengerti setelah selesai tidur bersama isterinya. Kemudian Nabi
bersabda: "Adakah engkau berdua bersetubuh tadi malam?" Abu Thalhah menjawab: "Ya."
Beliau lalu bersabda pula: "Ya Allah, berikanlah keberkahan pada kedua orang ini -yakni Abu
Thalhah dan isterinya. Selanjutnya Ummu Suiaim itu melahirkan seorang anak lelaki lagi.
Abu Thalhah lalu berkata padaku - aku di sini ialah Anas r.a. yang meriwayatkan Hadis ini:
"Bawalah ia sehingga engkau datang di tempat Nabi s.a.w. dan besertanya kirimkanlah
beberapa biji buah kurma. Nabi s.a.w. bersabda: "Adakah besertanya sesuatu benda?" Ia -
Anas- menjawab: "Ya.ada beberapa biji buah kurma." Buah kurma itu diambil oleh Nabi s.a.w.
lalu dikunyahnya kemudian diambillah dari mulutnya, selanjutnya dimasukkanlah dalam
mulut anak tersebut. Setelah itu digosokkan di langit-langit mulutnya dan memberinya nama
Abdullah." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan demikian:
Ibnu 'Uyainah berkata: "Kemudian ada seorang dari golongan sahabat Anshar berkata:
"Lalu saya melihat sembilan orang anak lelaki yang semuanya dapat membaca dengan baik
dan hafal akan al-Quran, yaitu semuanya dari anak-anak Abdullah yang dilahirkan hasil
peristiwa malam dahulu itu. Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Anak Abu Thalhah dari
Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu isterinya itu berkata kepada seluruh keluarganya:
"Janganlah engkau semua memberitahukan hal kematian anak itu kepada Abu Thalhah,
sehingga aku sendirilah yang hendak memberitahukannya nanti." Abu Thalhah - yang saat
itu bepergian - lalu datanglah, kemudian isterinya menyiapkan makan malam untuknya dan
iapun makan dan minumlah. Selanjutnya isterinya itu memperhias diri dengan sebaik-baik
hiasan yang ada padanya dan bahkan belum pernah berhias semacam itu sebelum peristiwa
tersebut. Seterusnya Abu Thalhah menyetubuhi isterinya. Sewaktu isterinya telah
mengetahui bahwa suaminya telah kenyang dan selesai menyetubuhinya, iapun berkatalah
pada Abu Thalhah: "Bagaimanakah pendapat kanda, jikalau sesuatu kaum meminjamkan
sesuatu yang dipinjamkannya kepada salah satu keluarga, kemudian mereka meminta
kembalinya apa yang dipinjamkannya. Patutkah keluarga yang meminjamnya itu menolak
untuk mengembalikannya benda tersebut kepada yang meminjaminya?" Abu Thalhah
menjawab: "Tidak boleh menolaknya - yakni harus menyerahkannya." Kemudian berkata
pula isterinya: "Nah, perhitungkanlah bagaimana pinjaman itu jikalau berupa anakmu
sendiri?" Abu Thalhah lalu marah-marah kemudian berkata: "Engkau biarkan aku tidak
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
56
mengetahui - kematian anakku itu, sehingga setelah aku terkena kotoran - maksudnya
kotoran bekas bersetubuh, lalu engkau beritahukan hal anakku itu padaku."
Iapun lalu berangkat sehingga datang di tempat Rasulullah s.a.w. lalu
memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu berdua dalam malammu itu."
Anas r.a. berkata: "Kemudian isterinya hamil." Anas r.a. melanjutkan katanya:
"Rasulullah s.a.w. sedang dalam bepergian dan Ummu Sulaim itu menyertainya pula -
bersama suaminya juga. Rasulullah s.a.w. apabila datang di Madinah di waktu malam dari
bepergian, tidak pernah mendatangi rumah keluarganya malam-malam. Ummu Sulaim tibatiba
merasa sakit kerana hendak melahirkan, maka oleh kerana Abu Thalhah tertahan - yakni
tidak dapat terus mengikuti Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. terus berangkat."
Anas berkata: "Setelah itu Abu Thalhah berkata: "Sesungguhnya Engkau tentulah
Maha Mengetahui, ya Tuhanku, bahwa saya ini amat tertarik sekali untuk keluar bepergian
bersama-sama Rasulullah s.a.w. di waktu beliau keluar bepergian dan untuk masuk -tetap di
negerinya - bersama-sama dengan beliau di waktu beliau masuk. Sesungguhnya saya telah
tertahan pada saat ini dengan sebab sebagaimana yang Engkau ketahui."
Ummu Sulaim ialu berkata: "Hai Abu Thalhah, saya tidak menemukan sakitnya
hendak melahirkan sebagaimana yang biasanya saya dapatkan - jikaiau hendak melahirkan
anak. Maka itu berangkatlah. Kitapun - maksudnya Rasulullah s.a.w., Abu Thalhah dan
isterinya - berangkatlah, Ummu Sulaim sebenarnya memang merasakan sakit hendak
melahirkan, ketika keduanya itu datang, lalu melahirkan seorang anak lelaki. Ibuku - yakni
ibu Anas r.a. - berkata padaku - pada Anas r.a.: "Hai Anas, janganlah anak itu disusui oleh
siapapun sehingga engkau pergi pagi-pagi besok dengan membawa anak itu kepada
Rasulullah s.a.w."
Ketika waktu pagi menjelma, saya - Anas r.a. - membawa anak tadi kemudian pergi
dengannya kepada Rasulullah s.a.w. Ia lalu meneruskan ceritera Hadis ini sampai selesainya.
Keterangan:
Hadis di atas itu memberikan kesimpulan tentang sunnahnya melipur orang yang
sedang dalam kedukaan agar berkurang kesedihan hatinya, juga bolehnya memalingkan
sesuatu persoalan kepada persoalan yang lain lebih dulu, untuk ditujukan kepada hal yang
dianggap penting, sebagaimana perilaku isteri Abu Thalhah kepada suaminya. Ini tentu saja
bila amat diperlukan untuk berbuat sedemikian itu.
Sementara itu Hadis di atas juga menjelaskan akan sunnahnya seseorang isteri berhias
seelok-eloknya agar suaminya tertarik padanya dan tidak sampai terpesona oleh wanita lain,
sehingga menyebabkan terjerumusnya suami itu dalam kemesuman yang diharamkan oleh
agama. Demikian pula isteri dianjurkan sekali untuk berbuat segala hal yang dapat
menggembirakan suami dan melayaninya dengan hati penuh kelapangan serta wajah berseriseri,
baik dalam menyiapkan makanan dan hidangan sehari-hari ataupun dalam seketiduran.
Jadi salah sekali, apabila seseorang wanita itu malahan berpakaian serba kusut ketika
di rumah, tetapi di saat keluar rumah lalu bersolek seindah-indahnya.Juga salah pula apabila
seorang isteri itu kurang memperhatikan keadaan dan selera suaminya dalam hal makan
minumnya, ataupun dalam cara melayaninya dalam persetubuhan.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
57
45- وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "ليس الشديد
بالصرعة، إنما الشديد الذى يملك نفسه عند الغضب" ((متفق عليه)) . والصرعة بضم الصاد
وفتح الراء. وأصله عند العرب من يصرع الناس كثيرًا
45. Dari Abu Hurariah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukanlah orang
yang keras - kuat - itu dengan banyaknya berkelahi, hanyasanya orang-orang yang keras -
kuat - ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah-marah."
(Muttafaq 'alaih)
Ashshura-ah dengan dhammahnya shad dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi
bangsa Arab, artinya ialah orang yang suka sekali menyerang atau membanting orang
banyak (sampai terbaring atau tidak sadarkan diri).
46- وعن سليمان بن صرد رضي الله عنه قال: كنت جالسًا مع النبي صلى الله عليه وسلم،
ورجلان يستبان، وأحدهما قد احمر وجهه، وانتفخت أوداجه. فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: " إني لأعلم كلمة لو قالها لذهب عنه ما يجد، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
ذهب منه ما يجد". فقال له: إن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " تعوذ بالله من الشيطان الرجيم"
((متفق عليه)) .
46. Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di
situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah
seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja niscayalah mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya,
tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan:
"A'udzu billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orangorang
lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya Nabi
s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang direjam."
(Muttafaq 'alaih)
47- وعن معاذ بن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: " من كظم غيظًا ، وهو
قادر على أن ينفذه، دعاه الله سبحانه وتعالى على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور
العين ما شاء" ((رواه أبو داود، والترمذي وقال: حديث حسن)).
47. Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang
menahan marahnya padahal ia kuasa untuk meneruskannya - melaksanakannya - maka
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala - yakni disaksikan -sekalian
makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu memilih bidadari-bidadari yang
membelalak matanya dengan sesuka hatinya."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
58
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
48- وعن أبي هريرة رضي الله عنه ، أن رج ً لا قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني، قال: "لا
تغضب" فردد مرارًا، قال: " لاتغضب" رواه البخاري.
48. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.:
"Berilah wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan marah." Orang itu mengutanginya
berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap bersabda: "janganlah marah."
(Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Yang perlu dijelaskan sehubungan dengan Hadis ini ialah:
(a) Orang yang bertanya itu menurut riwayat ada yang mengatakan dia itu ialah
Ibnu Umar, ada yang mengatakan Haritsah atau Abuddarda'. Mungkin juga memang banyak
yang bertanya demikian itu.
(b) Kita dilarang marah ini apabila berhubungan dengan sesuatu yang hanya
mengenai hak diri kita sendiri atau hawa nafsu. Tetapi kalau berhubungan dengan hak-hak
Allah, maka wajib kita pertahankan sekeras-kerasnya, misalnya agama Allah dihina orang,
al-Quran diinjak-injak atau dikencingi, alim ulama diolok-olok padahal tidak bersalah dan
lain-lain sebagainya.
(c) Yang bertanya itu mengulangi berkali-kali seolah-olah meminta wasiat yang
lebih penting, namun beliau tidak menambah apa-apa. Hal ini kerana menahan marah itu
sangat besar manfaat dan faedahnya. Cobalah kalau kita ingat-ingat, bahwa timbulnya semua
kerusakan di dunia ini sebagian besar ialah kerana manusia ini tidak dapat mengekang hawa
nafsu dan syahwatnya, tidak suka menahan marah, sehingga menimbulkan darah mendidih
dan akhirnya ingin menghantam dan membalas dendam.
49- وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " ما يزال البلاء
بالمؤمن والمؤمنة في نفسه وولده ة وماله حتى يلقى الله تعالى وما عليه خطيئة" ((رواه الترمذي
وقال حديث حسن صحيح)) .
49. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya
bencana - bala' - itu mengenai seseorang mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam dirinya
sendiri, anaknya ataupun hartanya, sehingga ia menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak
ada lagi sesuatu kesalahanpun."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan
shahih.
50- وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قدم عيينة بن حصن فترل على ابن أخيه الحر بن قيس،
وكان من النفر الذين يدنيهم عمر رضي الله عنه، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رضي الله عنه
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
59
ومشاورته كهو ً لا كانوا أو شبانًا، فقال عيينة لابن أخيه : يا ابن أخي لك وجه عند هذا الأمير
فاستأذن لي عليه، فاستأذن فأذن عمر. فلما دخل قال: هِ  ى يا ابن الخطاب، فوالله ما تعطينا الجزل
ولا تحكم فينا بالعدل، فغضب عمر رضي الله عنه حتى ه  م أن يوقع به، فقال له الحر: يا أمير
المؤمنين إن الله تعالى قال لنبيه صلى الله عليه وسلم: }خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن
الجاهلين{ ((الأعراف : 198 )). وإن هذا من الجاهلين، والله ما جاوزها عمر حين تلاها، وكان
وقافًا عند كتاب الله تعالى. ((رواه البخاري)) .
50. Dari ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di
Madinah, kemudian turun - sebagai tamu - pada anak saudaranya - sepupunya - yaitu Alhur
bin Qais. Alhur 'Adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang didekat-kan oleh
Umar r.a. - yakni dianggap sebagai orang dekat dan sering diajak bermusyawarah, kerana
para ahli baca al-Quran - yang pandai maknanya - adalah menjadi sahabat-sahabat yang
menetap di majlis Umar r.a. serta orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik
orang-orang tua maupun yang masih muda-muda usianya.
'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah
- banyak diperhatikan - di sisi Amirul mu'minin ini. Cobalah meminta izin padanya supaya
aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk 'Uyainah lalu Umarpun
mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk, lalu ia berkata: "Hati-hatilah,hai putera
Alkhaththab - yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak memberikan banyak pemberian -
kelapangan hidup - pada kita dan tidak pula tuan memerintah di kalangan kita dengan
keadilan." Umar r.a. marah sehingga hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman
padanya. Alhur kemudian berkata: "Ya Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala
berfirman kepada NabiNya s.a.w. - yang artinya:
"Berilah maaf, perintahlah kebaikan dan berpalinglah - jangan menghiraukan - pada
orang-orang yang bodoh."
Dan ini - yakni 'Uyainah - adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh.
Demi Allah, Umar tidak pernah melaluinya - melanggarnya - di waktu Alhur
membacakan itu. Umar adalah seorang yang banyak berhentinya - amat mematuhi - di sisi
Kitabullah Ta'ala. (Riwayat Bukhari)
51- وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " إا ستكون بعدي
أثرة وأمور تنكروا ! قالوا: يا رسول الله فما تأمرنا؟ قال: تؤدون الحق الذى عليكم ، وتسألون
الله الذى لكم" ((متفق عليه)) . والأثرة : الأنفراد بالشئ عمن له فيه حق
51. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya saja akan terjadi sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri -
sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya - dan juga beberapa perkara yang
engkau semua akan mengingkarinya. Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah, maka
apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita - kaum Muslimin. Beliau s.a.w. bersabda:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
60
"Supaya engkau semua menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk
dilaksanakan dan mohonlah kepada Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua."
(Muttafaq 'alaih)
52- وعن أبي يحيى أسيد بن حضير رضي الله عنه أن رج ً لا من الأنصار قال: يا رسول الله ألا
تستعملني كما استعملت فلانًا فقال: "إنكم ستلقون بعدي أثرة، فاصبروا حتى تلقوني على
الحوض" )(متفق عليه)) . وأسيد بضم الهمزة. وحضير : بحاءٍ مهملة مضمومةٍ وضادٍ معجمةٍ
مفتوحةٍ، والله أعلم
52. Dari Abu Yahya yaitu Usaid bin Hudhair r.a. bahwasanya ada seorang lelaki dari
kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan saya sebagai
pegawai, sebagaimana tuan juga menggunakan si Fulan dan Fulan itu?" Beliau s.a.w. lalu
bersabda:
"Sesungguhnya engkau semua akan menemui sesudahku nanti suatu cara
mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya, maka
dari itu bersabarlah, sehingga engkau semua menemui aku di telaga - pada hari kiamat."
(Muttafaq 'alaih)
53- وعن أبي إبراهيم عبد الله بن أبي أوفى رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم في
بعض أيامه التي لقي فيها العدو، انتظر حتى إذا مالت الشمس قام فيهم فقال: " يا أيها الناس لا
تتمنوا لقاء العدو، واسألوا الله العافية، فإذا لقيتموهم فاصبروا، واعلموا أن الجنة تحت ظلال
السيوف" ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم : " اللهم مترل الكتاب ومجري السحاب ، وهازم
الأحزاب، اهزمهم وانصرنا عليهم" ((متفق عليه)) وبالله التوفيق.
53. Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa
Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau
menantikan sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di muka
orang banyak kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu
musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua
menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu
ada di bawah naungan pedang."
Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda:
"Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan,
Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka
itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih)
Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).
Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
61
"Syurga itu ada di bawah naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata:
"Ucapan itu adalah suatu pertanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan
oleh Rasulullah s.a.w. Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya iaiah
bahwa letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka
telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan terjepit dan musuh
sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan lain, kecuali
dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian,
menang atau kalah. Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh,
masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah,
sampai-sampai bayangannya tampak jelas. Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum
Muslimin akan memperoleh kebahagiaan dalam dua keadaan:
(a) Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga
tanpa dihisab. Di kalangan ummatpun menjadi harum namanya.
b) Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan
kenikmatan syurga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar